Materi kuliah ini didownload dari www.kuliahonline.wisatahati.com
Modul Kuliah : Kuliah Dasar Wisatahati / KDW-02
Materi Modul : Kuliah Tauhid
Judul Materi : Laa ilaaha illalah
Seri Materi : Seri 02 dari 41 seri/esai
File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Tidak
Tugas: Tidak
LAA ILAAHA ILLALLAAH
Yang
kita perlukan di kehidupan ini adalah
tauhid, iman dan amal saleh.
tauhid, iman dan amal saleh.
Ingin rasanya saya gemakan terus
kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga jangan sampai ia lepas. Bahwa LAA
ILAAHA ILLALLAAH, tidak ada Tuhan selain Allah. Termasuk di urusan rizki. Tidak
ada pemberi rizki kecuali Allah. Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak ada
cara mencari rizki kecuali caranya Allah. Tidak ada tuhan selain Allah
pokoknya.
Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini,
supaya enteng hidup saya, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia,
dan menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan saya.
Tidak mudah. Karenanya saya mau
bersungguh-sungguh dan berdoa. Memohon taufiq dan hidayah-Nya.
Saya melihat tidak sedikit manusia yang
kelelahan mencari dunia. Sebab yang ia cari memang dunia. Tiada ia tempuh
jalan-jalan ibadah yang mengantarkannya kepada Pemilik Dunia. Saya tidak mau
menjadi bahagian dari orang-orang yang kelelahan itu. Saya ingin kemudahan.
Saya melihat manusia-manusia yang berat
hidupnya dengan beban hidupnya. Sebab ia tidak men-share bebannya itu kepada
Allah. Padahal DIA lah Yang Maha Meringankan. Saya melihat ada yang menangis
padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada yang hidupnya sulit, padahal Allah Maha
Memudahkan; Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha Menolong; Ada yang miskin
dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu
kaya secara dunia; Ada yang kaya, tapi tidak memiliki keluarga. Keluarganya
adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya
milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya.
Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.
Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami
menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia
dunia akhirat.
Saya melihat ada yang keluarganya
berantakan, sementara ia enjoy dengan hal itu, lalu ia katakan kepada dunia dia
mau membentuk keluarga baru yang lebih harmoni; Ada yang hidupnya pindah
berpindah, dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya
sendiri lelah mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada manusia
yang segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada
menghargainya. Yang bisa menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah
manusia-manusia yang tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia
digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua
tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya,
tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan
dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal; pekerja-pekerja yang
mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun
tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang bahkan.
Saya melihat tidak sedikit manusia yang
justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan. Ada selalu yang diambil
sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia. Itu saya lihat terjadi
sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga
ia tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.
Saya mengingat analogi maen CATUR yang
sering saya sampaikan kepada para pendengar tausiyah saya, yang sesungguhnya
saya sedang memperdengarkannya pada diri saya sendiri. Kalau kita maen catur
BERDUA, maka berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur
jalannya miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling
banyak hanya bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di
depannya, seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih
ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja.
Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu kalau maen BERDUA. Bagaimana kalau maen catur
SENDIRIAN? Kalau maen catur sendirian, ya bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum
permainan catur. Kita boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau
muter-muter, mau lompat, bebas. Peluncur pun mau kita buat jalannya
melompat-lompat seperti maen halma, boleh. Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum
dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari. Inilah
yang terjadi kalau kita maen catur SENDIRIAN.
Dan bila analogi catur ini boleh dibawa
ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu
bagi-Nya. Ibarat main catur, ALLAH MAEN SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG
LAIN.
Kemudahan ada di tangan Allah. Laa
ilaaha illallaah. Tidak ada yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah.
Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah.
Tidak ada yang bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksudnya itu
kalimat; Tidak ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang
hingga Dia lah yang bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah.
Maka saya kepengen Allah berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi bila
saya menghendaki Allah memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya saya
menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk
melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri
saya sendiri, bahwa ia akan mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak
saya ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak
keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal salih.
Bila Allah sudah mengatur, maka Kun
Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa ilaaha
illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat sangat
bersedia untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dengan sabab ilmu yang diteteskan-Nya
pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media,
bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang terbaik. Laa
ilaaha illallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali apa-apa yang sudah
Allah aturkan.
Laa ilaaha illallaah. Tidak ada Tuhan
selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang memainkan
seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa
adalah Kuasa-Nya.
Dengan berpikiran seperti ini, yang
harus saya lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut
di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak
setengah-setengah.
Laa ilaaha illallaah. Tidak ada
kehidupan kecuali untuk-Nya.
Saya melihat, kegagalan para pencari
dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola
dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah.
Andai dia punya visi misi li i'laa-i kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat
Allah, maka tidak ada pernah kegagalan baginya...
***
Sampe sini, SAYA MEMBACA ULANG TULISAN
INI. Tulisan yang dijadikan esai-esai Kuliah Tauhid di KuliahOnline Wisatahati.
Ya, saya membaca ulang apa yang saya
tulis. Dari atas, sampai bait ini.
SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS.
Benarkah yang saya tulis ini? Sehebat itukah tauhid saya? Tambah ga percaya
lagi, bahwa saya sedang mengajar lewat esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh
peserta KuliahOnline.
Adduh, andai benar, saya benar-benar
memohon Allah menjadikannya menjadi bait-bait doa agar apa yang tertulis
menjadi kenyataan. Allah bimbing saya untuk mencari dunia dengan baik, dan
memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan agama-Nya, dan hanya di jalanNya.
Allah bimbing saya untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat, dan meyakini
bahwa Laa ilaaha illallaah, tidak ada sesuatu yang harus dikejar kecuali
diri-Nya semata. Yang dengan demikian tidak seharusnya pencarian dunia,
berhenti di sebatas mencari dunia itu saja. Terus dikonsentrasikan di
pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.
SAYA MELIHAT DIRI SAYA. Ya, saya
melihat saya! Saya masuk ke kehidupan saya... Dan saya menemukan diri ini masih
jauh dari tulisan di atas. Teramat jauh. Jauuuuuuuuuuhhhh...
Duh, apa sanggup saya menuliskannya
lagi bait-bait yang masih menari di hati ini?
Saya ingin berteriak kepada diri saya,
tunjukkan kalau Anda benar!
Lagi. Saya melihat diri saya lagi. Wuh,
benar! Jauh. Lihat saja. Allah memanggil saya. Memanggil dengan azan. Lihat,
saya tidak bergeming. Apakah ini yang disebut Laa ilaaha illallaah? Tidak ada
urusan --harusnya-- kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita urus?
Nyatanya, saya masih menomorduakan panggilan Allah.
Saya tahu Allah bakal datang. Sebab
waktu shalat betul-betul sebentar lagi datang. Tapi saya malah masih nulis,
bukan siap-siap menyambut kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak
malam, di setiap waktu shalat, saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah
menunggu kedatangan Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!
Duh duh duh, lebih pantas rasanya saya
menangisi diri ini.
Wahai Kamu! (Begitu saya seharusnya
menunjuk hidung saya sendiri dengan jari). Kalau Kamu benar tauhidnya,
perlakukan Allah dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid dalam kehidupan
Kamu! Jangan ada yang laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia,
lalu Allah datang memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih
penting di dunia ini kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti
berkumandangnya azan adalah hal yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.
Saya ingin berteriak kepada diri saya,
buktikan kalau Anda benar! Benar tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa ilaaha
illallaah. Nyatanya? Belum tuh.
Loh loh loh... Ntar dulu... Sebenarnya,
sedang dialog sendirian, nengajar... Atau sedang menulis sih?
Maaf wahai tanganku, saya sedang
berdialog dengan diri sendiri.
Biarkan.
Biarkan ia terus menulis sekenanya.
Sesukanya.
Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari
menjadikan Allah sebagai tujuan hidup. Ketika mencari dunia, mau bersusah
payah. Tapi giliran beribadah, gampang benar teriak lelah. Shalat sunnah tidak
dipaksakan untuk ditegakkan. Shalat berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di
shaf yang pertama. Kehadiran diri tidak digunakan untuk kepentingan sesama.
Setidaknya belum dimaksimalkan potensinya untuk ditujukan pada sebesar-besarnya
kepentingan sesama, dan agama. Keluarga masih terabaikan.
Kurangnya... banyak.
Itulah. Saya melihat saya.
Tapi, Laa ilaaha illallaah. Tidak ada
yang mengajarkan ilmu dan memberikan kesempurnaan langkah kecuali Allah. Maka
saya menghibur diri ini, Laa ilaaha illallaah. Biarlah Allah membimbing saya
terus, sehingga bisa menjadi hamba-Nya yang sesuai dengan apa yang
digariskan-Nya.
Ah dunia. Saya tulis buku ini agar saya
tidak susah mencari kamu wahai dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa
kamu itu tidak penting. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang lebih penting
kecuali Allah.
Saya tulis buku ini, sebab kasihan
melihat diri saya yang sering kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan
dan kemuliaan diri. Tapi betapapun, saya hidup di dunia ini. Rasul pun
mengajarkan doa agar kita memohon kepada Allah agar Allah membaguskan dunia
kita sebab di sini kita hidup. SAYA BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah tuhan saya
adalah Allah, dan Allah adalah pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU
HIDUP SAYA TETAP SUSAH? Atau merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar
bertuhan Allah. Itu saja.
Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan
terus ilmu dan ikhtiarmu. Jangan lupa terus memohon bimbingan dari Allah.
Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi.
Siap-siap menuju masjid. Katakan kepada dunia, bahwa kamu mau shalat shubuhan
dulu. Kalau shalat shubuh sudah tidak disiplin, jangan harap ini menjadi awal
hari yang baik, untuk dunia kamu, untuk urusan permasalahan kamu, untuk segala
hajat kamu...
Loh, koq masih nulis terus? Katanya mau
Shubuhan?
Iya iya. Saya akan segera berhenti
mengetik, dan men-shut-down komputer ini. Makasih yaaa.
--------
Salam. Yusuf Mansur. Kampung Ketapang,
Senin 27 Agustus 2007, pukul 04.38 WIB. (tulisan ini "sudah berulang
tahun". Sebab ia sungguh saya tulis tahun lalu, 1hr lebih cepat dari saya
meng-upload tulisan ini ke web www.wisatahati.com dan dijadikan esai
KuliahOnline. Mudah-mudahan Allah subhaanahuu wata'aala benar-benar menjadikan
kita sebagai orang-orang yang mengEsakan-Nya, bertauhid hanya pada-Nya).
No comments:
Post a Comment