Materi kuliah ini didownload dari www.kuliahonline.wisatahati.com
Modul Kuliah : Kuliah Dasar
Wisatahati / KDW-01
Materi Modul : Kuliah Tauhid
Judul Materi : Hidup Bersama Allah
Seri Materi : Seri 10 dari 41
seri/esai
File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Tidak
Tugas: Tidak
Hidup
Bersama Allah
Luangkan
waktu bersama Allah. Semakin banyak waktu yang diluangkan bersama Allah,
semakin bagus kualitas hidup kita. Apalagi bila kita mau menambah kualitas
kedekatan itu dengan ilmu dan amal salih.
Alhamdulillah,
Allah hadirkan bulan puasa dari 12 bulan yang Allah berikan. Di bulan puasa
ini, boleh dibilang manusia terkoneksi terus sama Allah. Ketika dia puasa saja,
paling tidak seseorang "nyambung" mulai dari sahur, sampe mau tidur.
Gerakan batinnya, gerakan niatnya, gerakan fisiknya, terjaga dengan apa yang
disebut puasa. Ketika kita tidur pun, pikiran kita setidak-tidaknya berpikir
untuk jangan sampai tidak bangun sahur. Itu sebabnya kita kemudian bisa bangun
sahur. Sebab kondisi kita "siap bangun". Di bulan puasa, kita ingat
mengaji. Di bulan puasa, shalat sunnah sayang terlewati. Di bulan puasa, baca
al Qur'an disempet-sempetin. Di bulan puasa, para lelaki ngebela-belain shalat
berjamaah. Para ibu,para istri, menyiapkan makana berbuka dan sahur. Sedekah
juga bertebaran di bulan ini. Subhaanallaah, sungguh bulannya amal salih. (Perkara seseorang kemudian mengisi puasanya
atau tidak, itu perkara lain. Dengan berpuasa saja, lalu tetap mengambil amalanamalan
yang wajibnya saja, sebenernya itu sudah cukup mengantarkan seseorang menjadi
terhubung sama Allah. Tentu saja, semakin banyak kita dalam beramal, akan
semakin baik score-nya. Semakin bagus kita mengisi, semakin baik nilainya).
Andai
seperti ini hidup kita di bulan-bulan berikutnya, masya Allah, alangkah
bagusnya. Hidup bersama Allah. Rizki insya Allah kebuka.
Saya
semalam menangis. Di 2 lokasi Pesantren Daarul Qur'an; di Kampung Bulak Santri
dan di Kampung Ketapang (dua-duanya berjarak dekat, tidak berjauhan),
berlangsung tarawih 1 juz 1 malam. Sebab saya menangis, ada beberapa hal. Di
antaranya barangkali saya terlalu bahagia. Ga kebayang dalam hidup saya, bahwa
saya dan kawan-kawan diamanahi berkah yang luar biasa; memimpin dan mengelola
pesantren hafalan al Qur'an. Dan memasuki puasa, setiap malam berlangsung
tarawih 1 juzan yang memang sudah lama saya idamidamkan. Suara imam-imam saban
malamnya, suara anak-anak santri, segala rupa amalan warga pesantren, masya
Allah, sungguh ini membahagiakan sekali. Ditambah lagi saya yang alhamdulillah
bulan ini banyak mengurangi jadual untuk berkonsentrasi di tengah-tengah para
santri dan asaatidz. Wuah, ada kedamaian sendiri. Ada di tengah anak-anak dan
para asaatidz pondok yang hatinya, pikirannya, gerakannya, adalah menuju Allah.
Saya
betul-betul mengundang kawan-kawan jamaah semua untuk mengagendakan acaraacara
keluarga, acara-acara kantor, dan pengajiannya untuk diselenggarakan di
pesantren. Saya tidak menjanjikan apa-apa, kecuali mudah-mudahan berkah dari
amalan harian pesantren bisa dibawa ketika berada di sana dan kemudian bisa
dibawa pulang itu keberkahan. Suasana pesantren sering mendatangkan kedamaian.
Di pesantren manapun ia, termasuk di Pesantren Daarul Qur'an.
Rasanya,
kita emang perlu waktu khusus dan tempat-tempat khusus, plus lingkungan yang
khusus, yang memang bisa membawa kita untuk bisa terpengaruh untuk bisa hidup
bersama Allah.
Waba;du,
Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia, saya menemukan banyak manusia yang
menyibukkan dirinya dengan urusannya. Bahkan ketika bermasalah pun tidak
kunjung mendekatkan dirinya dengan Allah.
Kalau
bisa, dalam keadaan bagaimanapun kita, mestinya kita sadar untuk memulai
perjalanan mencari Allah. Bukan sekedar ditempuh. Tapi dikebut.
Kita
kejar dosa kita, kita kejar kehidupan yang nyaman di kehidupan kedua nanti
setelah kita meninggal. Apalah lagi buat kita-kita yang sadar bahwa kita-kita
ini emang manusia-manusia yang masya Allah, dosanya gede banget-banget.
Kebiasaan-kebiasaan
di bulan puasa, terus saja kita jalankan, baik di bulan puasa ini, maupun nanti
setelah bulan puasa meninggalkan kita. Mulai dari bangun shalat shubuh lebih di
awal. Supaya bisa shalat malam, witir, istighfar dan membaca al Qur'an menunggu
waktu shubuh. Supaya bisa tertegak shalat sunnah tahajjud, witir dan baca al
Qur'an.
Jalankan
ini semua sampe ia menjadi kebiasaan buat kita. Menjadi habit buat kita.
Ini
pula lah yang mau dikejar dalam Riyadhah 40 hari menjadi kaya. Bahwa selama 40
hari kita bungkus diri kita dengan apa yang dinamakan "taqorrub ilallaah",
mendekatkan diri kepada Allah.
Jalankan
segala ibadah sampe kita sendiri larut dalam keasyikan menjalankan ini. Sesiapa
yang menjalankan dengan hati, insya Allah -- sering saya bilang Allah akan
berikan kenikmatan "lupa bahwa diri kita sedang bermasalah".
Ingat-ingat, mudah-mudahan Allah sudah men-take over masalah kita. Lupakan
keinginan kita, kita berjalan saja menuju Allah. Sadar-sadar, perjalanan
ikhtiar kita mencapai keinginan, tau-tau dah nyampe.
Bagi
jamaah peserta kuliah, kita belajar meyakini, kalaulah sampe kita-kita ini
bermasalah hidup di dunia ini, lalu masalah kita itu bisa mengantarkan kita
menjadi mengingat Allah, ga apa-apa juga. Terlalu mahal tebusannya bila tiada
dapat mengingat Allah, meskipun bergelimang harta dan bagus jabatan.
Boleh
jadi di antara saudara yang melakukan ibadah-ibadah mengaku belum ada
tanda-tanda masalahnya bisa selesai. Namun sesuatu yang pasti, ketenangan yang
luar biasa, Allah akan berikan kepadanya. Ketika seseorang berhutang misalnya,
bisa saja terjadi satu demi satu mereka yang ia punya hutang kepadanya, membaik
dan menjadi kawan. Menagih tetap menagih. Insya Allah selalu ada saja kemudahan
yang membuatnya masih terasa punya banyak waktu. Kita-kita ini harus yakin,
pertolongan Allah bakal datang juga kepada kita.
Dan
inilah yang semestinya kita kejar. Allah. Bukan solusi buat permasalahan kita
dan bukan jawaban dari keinginan kita. Tujuan kita, kita kembalikan lagi. Yaitu
Allah. Hanya DIA.
Bukan
yang lain. Bila kita bisa MENGUBAH HALUAN HIDUP, maka lompatan besar
sesungguhnya sudah terjadi. Yakni, Pemilik Segala Solusi, yaitu Allah, sudah ia
dapatkan. Dan ini lebih mahal dari apapun di dunia ini.
Ya,
ini juga perlu saya garis bawahi, bahwa ubahlah haluan hidup kita. Kalau kita
mengejar solusi dan mengejar keinginan, kita akan letih dibuatnya. Kita
kejarlah Allah. Insya Allah, Dia akan menyediakan jawaban-jawaban-Nya untuk
kita.
Maka
pesan saya buat diri saya dan buat semua Peserta KuliahOnline, luangkanlah
waktu untuk bersama Allah. Sesering mungkin. Semakin kita meluangkan waktu
untuk Allah, maka hal aneh yang akan terjadi, selain kita sendiri semakin punya
banyak waktu untuk menikmati hidup ini, pun hidup kita akan sepi dengan
sendirinya dari masalah-masalah yang memenjarakan kita punya hidup.
Kalau
kita pikir-pikir ya, kurang apa kita coba? Kerja keras udah, kerja cerdas udah,
tapi kenapa hidup kita jauh dari berkualitas? Jawabannya ternyata, tujuan hidup
kita bukanlah Allah. Saya orang yang tidak percaya bahwa seseorang yang
menapaki kesuksesan , lalu layak disebut sukses, apabila kehidupannya rapuh.
Saya orang yang tidak mau memakai ukuran dunia. Dunia seringkali merenggut hidup
kita. Jabatan direksi memang kita sandang, tapi tarohannya mahal sekali;
keluarga, kesehatan kita, kesenangan kita, dan yang paling mahal dirampas
adalah waktu untuk kebersamaan kita dengan Allah.
Kalau
kita semua tidak segera mengubah haluan hidup kita, pastilah kita akan semakin
jauh dari Allah subhaanahuu wata'aala.
Berikut
ini tips untuk saya dan untuk kita semua:
1. Biasakanlah
untuk memulai pagi dengan shalat dhuha dan membaca al Qur'an. Sibuk, ya sibuk.
Tapi kita harus bisa mengendalikan diri. Kesibukan ga ada habisnya. Sedari
malam pun kita jejak, lalu kita masih korbankan pagi kita, dunia tidak akan
pernah cukup buat kita. Kita boleh bilang bahwa keluarlah dari rumah sepagi
mungkin. Namun saya akan menambahkan, tapi sempatkanlah diri kita untuk bisa
shalat dhuha dan baca al Qur'an, barang seayat dua ayat.
2. Waktunya
shalat nanti, shalatlah. Tinggalkanlah semua urusan jual beli, urusan
perniagaan, urusan pekerjaan, urusan dunia. Tinggalkan itu semua untuk segera
shalat menghadap Allah. Dunia diurus ga ada habisnya. Shalat 5 waktu, harus
lebih penting buat kita daripada yang lain. Inilah tauhid. Jangan bangga
menjadi yang terdepan, tapi di urusan shalat menjadi yang paling belakang. Kalo
bisa, kalau sedang dianugerahi usaha, pekerjaan, anak buah, perusahaan, atau
karunia-karunia lain, jadilah motor penggerak bagi sekeliling untuk sama-sama
shalat menghadap Allah. Yakinkah semuanya bahwa Allah itu lebih penting dari
semua urusan dunia. Shalatlah tepat waktu. Bila shalat tidak tepat waktu,
terlalu jauh kita memutar kemudi untuk kembali di tracknya. Contoh, kita sering
ketinggalan shalat ashar di jam 5 sore. Berarti kan 2 jam telatnya? Katakanlah
5 shalat waktu dikali telat 2 jam, maka dalam sehari, kita telat 10 jam. Ibarat
orang yang adu lari, maka kita akan kalah 10 jam. Dalam satu bulan, 300 jam.
300 jam itu lebih kurangnya 12-13 hari. Bisa dibayangkan betapa kalahnya kita
mengejar dunia bila kita sering telat shalat dalam 12 bulan. Itu berarti
ketinggalan kurang lebih 150 harian ngitung gampangnya. 150 harian itu sama
dengan ketinggalan 4 bulanan. Lebih bahaya kalau kita sering telat shalat sejak
akil baligh. Katakanlah umur kita saat ini 30 tahun, dan akil baligh dihitung
dari umur 10 tahun, berarti kita akan kalah 40 bulan. 40 bulan itu 4 tahunan.
Wajar saja kita mundur di dunia ini, sebab langkah kita, telat 4 tahunan. Belom
lagi kalo dihitung meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, meninggalkan
berhaji hanya gara-gara tidak siap, atau ditambah lagi dengan dosa-dosa dan
maksiat, wuah, barangkali konversiannya bisa 10-20 tahunan. Bayangkan,
harusnya, kita susah tuh selama itu. Tapi karena Rahman Rahim Allah lah, kita
masih bisa tertawa, masih bisa tersenyum, masih bisa makan minum enak.
Subhaanallaah, Maha Pengasih benar Allah, dan Maha Pemaaf.
3. Bikin
doyan diri dengan shalat sunnah qabliyah ba'diyah. Jangan mudah meninggalkan
qabliyah ba'diyah. Kebanyakan atau keseringan meninggalkan qabliyah ba'diyah,
akan menyebabkan kita menjadi orang-orang yang jauh rizki dan tidak bertambah
rizki. Rizki kita mau bertambah, tapi shalat tiada mau bertambah.
4. Menjelang
tidur, berwudhulah, perbanyak zikir dan istighfar kepada Allah. Ingat-ingat
dosa. Ibarat jalan, kita balik lagi kembali ke Allah dan mengembalikan semua
urusan kepada Allah. Doa menjelang tidur kan begitu. Di antaranya Innii
ufawwidhu amrii ilallaah; aku menyerahkan sepenuh-penuhnya segala urusan kepada
Allah.
5. Jangan
lupa. Niatkan bangun malam, sebagaimana kita mengincar waktu sahur takuttakut
kita kepayahan di siang harinya ketika kita berpuasa. Kita bangun malahlah,
dengan satu kecemasan di hati dan pikiran kita bahwa kalau kita tidak bangun
malam, maka hidup kita akan payah di siang harinya ketika kita bekerja dan
berusaha. Dan di saat bangun malam inilah sesungguhnya titik 0 hidup kita dimulai.
Bila langkah dalam hidup ini dimulai dari shalat shubuh jam 05.30, maka itu
berarti kemunduran buat kita. Melenceng malah. Bedanya berapa jam tuh? Lihat
penjelasan perihal hitung-hitungan kalau shalat kita telat, udah 4 tahunan.
Kalau perjalanan kita dihitung dari jam 3 dinihari waktu tahajjud bagaimana?
Maka ia menyumbang perjalanan kemunduran kita lebih kurang sebanyak 2 jam
setengah dikali 30 hari dalam sebulan, dikali 12 bulan dalam setahun, dan
dikali berapa umur akil baligh kita. Masya Allah, panjang bener garis hidup
kita melencengnya! Ini belom dihitung bulak beloknya kita ketika kita hidup.
Adakalanya kita menuruti hawa nafsu, adakalanya kita mengikuti syetan. Tambah
panjang tuh. Saya sering mengilustrasikan begini. Ada seorang manajer yang hidupnya
udah lempeng. Tapi kemudian dia tergoda memperkaya diri. Akhirnya, jabatan
manajer yang 10 tahunan ia kejar, harus hilang. Kalau kemudian ia harus meniti
karir lagi untuk sampai ke jenjangnya, berapa lama lagi? Ukuran normalnya ya 10
tahunan lagi. Dan biasanya perjalanan kedua akan lebih berat lagi, utamanya
kalau tetap Allah tidak ridha.
6. Kejar
ketertinggalan dengan amal saleh. Cari jalan-jalan yang bisa kita kemudian
tercatat sebagai orang-orang yang beramal saleh, berbuat kebaikan. Jadilah
bahagian dari orangorang yang ikut ngumpul bersama orang-orang yang senangnya
beramal saleh. Kalau perlu, jadilah kepala lokomotif yang membawa gerbong
kebaikan. Agar kekejar itu ketertinggalan selama hidup kita haluannya ga bener.
Ok,
sampe ketemu lagi di esai berikutnya. Insya Allah kita akan belajar sedikit
"meninggalkan dunia", tapi tetap mendapatkannya. Bingung kan? Ya,
besok saja jawabannya. Insya Allah.
No comments:
Post a Comment