Modul Kuliah : Kuliah
Dasar Wisatahati / KDW-01
Materi Modul : Kuliah
Tauhid
Judul Materi : Bicara
Tauhid, Biacara Keyakinan
Seri Materi : Seri 14
dari 41 seri/esai
File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Tidak
Tugas: Tidak
Bicara Tauhid, Bicara Keyakinan
Bahagia bener saya pagi ini. Hampir jam 01 saya bangun dari
tidur yang terasa sudah terlalu lama. Ugh, padahal saya lihat jam, saya trnyata
baru tidur jam 11 malam tadi.
Saya bahagia sebab saya pulang jam 00 lewat dalam keadaan
saya sehat. Saya masuk ke kamar saya, istri saya tertidur dengan pulasnya. Dan
di sebelahnya tertidur jagoan kecil kami, Muhammad Yusuf al Haafidz, juga dalam
keadaan yang sehat. Saya kontrol kamar Wirda, Qumii dan Abang Kun. Semuanya
tertidur pulas. Ada ketenangan di wajah-wajah mereka. Saya cium Wirda dan saya
mendoakan anak-anak saya. Tidak lupa juga saya doakan para santri.
Saya bahagia, sebab jam 10.30 malam sebelumnya saya ketemu
dengan Haji Amril dan Ibu Amril. Dua donatur pondok yang sudah menganggap kami
sebagai keluarga mereka dan mereka juga sebagai keluarga kami. Dari awal kami
membangun Bulak dan hingga ke Sekolah Internasional ini, beliau berdua dan
keluarganya menemani kami. Saya makan roti cane plus kare. Duh, nikmatnya
diberi kesehatan.
Saya bahagia, bahwa jam 21 sebelumnya saya berangkat ke
Ustadz Abu Sangkan, pimpinan Shalat Center yang menggerakkan Indonesia untuk
shalat khusyu'. Ustadz fenomenal ini salah satu inspirasi saya. Saya bahagia
saya didoakan di tengah-tengah ribuan jamaahnya yang saat itu hadir di Shalat
Center di Jati Makmur, Pondok Gede. Di sana, ada satu jamaah yang juga sudah
seperti keluarga bagi saya pribadi, Haji Syamsul Ma'arif Surabaya. Dan dari
beliaulah menjadi wasilah saya ketemu dengan Ustadz Abu Sangkan. Say didoakan
Ustadz Abu Sangkan agar lidah saya, hati saya, pikiran saya, gerakan saya,
menjadi atas nama Allah. Dan cukup panjang bagi saya Ustadz Abu Sangkan
mendoakan saya, hingga saya hampirhampir meneteskan air mata. Ya, saya rasa,
beginilah ketika tamu-tamu saya datang ke pesantren, selalu saya bacakan doa di
tengah-tengah santri. Barangkali inilah salah satu balasan Allah untuk saya dan
keluarga saya. Alhamdulillah. Saya pun bahagia, begitu mau pulang saya
dihadiahinya buku "Spiritual Salah Kaprah". Alhamdulillah.
Saya bahagia, jam 17.00 nya kurang lebih, saya sampai di
kediaman Haji Ramos, orang tua dari Fadhil santri kami. Meskipun jaraknya
terasa jauh, Ketapang-Cilegon, namun ditempuh "hanya" satu jam dari
pondok. Dan saya manfaatkan untuk istirahat. Saya jalan jam 16, setelah
sebelumnya menyempatkan berjamaah dengan indah bersama satu dua guru yang
tersisa di pondok dan para tukang. Diimami oleh mertua saya. Alhamdulillah.
Saya tiba, anak-anak santri yang saat itu berjadwal buka
puasa dan tarawih bareng di kediaman Haji Ramos tampak bahagia sekali. Ternyata
memang para santri benar bahagia. Senang. Sebab kediaman Haji Ramos ini unique.
Ada kolam renang yang terkoneksi dengan sekian rumah yang melingkar di Cilegon
Residence, di bahagian tengahnya. Dan kolam renang itu seperti di tempat
pelesir. Para santri senang, saya tambah senang lagi melihatnya.
Saya bercanda dengan Fadhil dan beberapa santri kawan
Fadhil, "Jangan kebetahan ya, nanti lupa balik ke pesantren, he he
he".
Saya bahagia, sebab jam 17.15 nya saya bercengkerama dengan
beberapa wali santri yang lain yang ternyata turut diundang di acara tersebut,
sehingga menjadi hadiah yang tidak terkatakan buat saya besarnya. Kesempatan
berdialog dengan wali santri adalah sesuatu yang mahal buat saya. Bisa berbagi,
bisa share, bisa satu rasa. Saya bahagia, di antara percakapan kami adalah
tentang Baitullah. Tentang rumah Allah. Fabi-ayyi aalaa-i robbikumaa
tukadzdzibaan, nikmat mana lagi yang engkau dustakan? Tanya Allah kepada kita
semua.
Saya bahagia menjadi bahagian dari dakwah ini. Mudah-mudahan
saya bisa menemani perjalanan Saudara semua sambil turut pula belajar.
***
Sebenarnya banyak lagi kebahagiaan saya yang rasanya kalau
saya tulis terus, saya tidak akan bisa istirahat sampe shubuh, he he he. Nanti
saya pecah-pecah deh tulisan ini terus, hingga saya juga kepengen bercerita
tentang perjalanan religi ke Baitullah, bersama rombongan besar para santri dan
keluarganya, sekeluarga, ibadah umrah bareng, mengisi liburan Juli 2009, tahun
depan.
Di kediaman Haji Ramos dan di hadapan para wali santri dan
santri, saya mengajak semua menabung sedekah untuk umrah. Saya tanya Haji
Ramos, berapa orang anaknya? Beliau menjawab tiga. Berarti lima, kata saya.
Lima dikali lima belas juta, sama dengan tujuh puluh lima juta.
Besar ga biaya umrah berlima? Kalau tujuh puluh lima juta
rupiah? Dijawab, besar. Dan memang besar. Tapi saya katakan, "Bagaimana
kalau saya katakan kepada Saudara semua, bahwa untuk berangkat berlima, Umrah
Juli 2009, hanya perlu dana 7,5jt saja. Ga kudu 75jt".
Saya melihat para jamaah dah kaget dengan kalimat saya. Ya,
sebab mereka keluarga besar Daarul Qur'an, sudah terbiasa dengan
"hitung-hitungan" sedekah. Disebut hanya perlu 7,5jt, adalah
perkalian 10% dari 75jt. Di mana 7,5jt itu dikeluarkan sebagai sedekah kita
jika kita ingin pergi umrah berlima (asumsi pergi umrah plus oleh-oleh, sebesar
Rp. 15jt/orang).
Bahkan, karena sekarang masih bulan September, sedang
umrahnya baru Juli tahun depan, ada 9 bulan kesempatan kita untuk "menabung"
untuk "sedekah". Berapa? Per bulan "hanya" 800rb saja. Jika
konsisten menabung dengan hanya 800rb per bulan, maka pada bulan Juni tahun
depan, sudah akan ada rizki khusus umrah sebesar 75jt. Insya Allah.
Kalau mau cepat, misalkan ada dana tabungan sebesar 7,5jt,
ya bayarkan saja sekarangsekarang ini. Panjer duluan. Bilang sama Allah, ya
Allah aku sedekahkan 7,5jt ini karena-Mu ya Allah, tapi izinkan berangkatkan
saya dan seluruh keluarga saya ke tanah suci, dengan kemudahan biaya dari-Mu.
Gitu doanya. Insya Allah pasti berangkat dah.
Kalau mau ringan, jual-jualin beberapa barang di rumah andai
tidak ada uang 7,5jt sekaligus. Misalkan emas, atau apa. Sisanya baru dicicil.
Ibarat kredit 7,5jt, DP-in aja berapa. Misalnya 4jt, hasil dari kumpulan tabungan
dan jual-jual barang. Maka sisanya 3,5jt lagi. 3,5jt lagi ini dicicil dah
selama 9 bulan. Cicilan sedekah. Jumlah angsurannya akan mengecil. "Hanya
lebih kurang 375rb saja.
Kalau ga mau bayar yang 3,5jt nya lagi, alias dicukupkan
dengan sedekah yang 4jt tadi, cukup dibantu dengan merajinkan dhuha dan minta
sama Allah, insya Allah juga berangkat.
Jika bener-bener tidak punya apa-apa, pun Allah masih
menyediakan cara yang lain. Yakni pasang niat untuk bersedekah 7,5jt andai
Allah beri rizki. Artinya, kita minta diingatkan oleh Allah, andai ada rizki
7,5jt, maka itu adalah udah diniatkan untuk sedekah. Kemudian tambah dengan doa
dan ibadah yang benar. Insya Allah berangkat juga.
Ini adalah juga bahagian dari implementasi tauhid. Bicara
tauhid, bicara keyakinan. Wong sekedar percaya bahwa Allah akan memberangkatkan
umrah di Juli 2009, maka sungguh akan benar-benar berangkat. Allah tidak perlu
dengan segala rupa ikhtiar kita. Bagi-Nya, ikhtiar kita hanyalah adab saja,
ibadah saja, dari kita untuk-Nya. Tidak berpengaruh andai keputusan-Nya sudah
diturunkan untuk kita berangkat.
Loh, katanya mau istirahat ya? Iya, udah jam 02.04. Lama ya?
Ya, sebab sekalian bantubantu istri yang menyusui dede bayi. Saya sempetin
mijit kakinya istri dulu, dan menyelimutkan kakinya yang katanya berasa dingin.
Yah, alhamdulillah, ini pun menambah kebahagiaan tersendiri. Ok, habis ini mau
shalat, nyahur, lalu istirahat. Supaya bisa ngimamin di pondok. Alhamdulillah,
shubuh ini sudah masuk juz ke-8.
Sebelum sahur dan istirahat, saya sertakan 3 esai Kuliah
Tauhid. Judulnya:
# Menjawab Panggilan # Budek ya? Dan # Tidak Bergegas.
Tiga Esai ini saya sertakan sebagai lanjutan esai
sebelumnya. Selamat mengikuti.
***
Jawab Panggilan
Apakah kita termasuk yang dipanggil-Nya?
Apakah kita tahu bahwa kita
termasuk yang dipanggil-Nya?
Apakah kita termasuk yang memenuhi panggilan-Nya?
Coba marilah kita jawab bersama dengan jawaban yang jujur.
Ketika diabsen sama guru, satu demi satu anak menjawab:
Hadir pak!
Sesungguhnya, ketika azan memanggil, bolehlah kita sebut
"Allah sedang mengabsen kita". Banyak di antara kita yang tidak bisa
menjawab panggilan azan, bukan karena dia tidak mendengar. Tapi lebih
dikarenakan dia tidak di dalam masjid/mushalla/tempat shalat.
Ibarat anak yang sedang diabsen gurunya, meski namanya sama,
dan dia dengar dari luar kelas, tentu dia tidak akan menyahut. Sebab dia tidak
berada di kelas itu. Kiranya, demikianlah juga adanya analogi azan dan jawaban
azan.
Indah betul rasanya bila kemudian kita bisa menjawab: Allahu
akbar, Allahu akbar. Yang begini ini sebab muadzdzin mengucapkan kalimat Allahu
akbar, Allahu akbar. Kecuali hayya `alashsholaah dan hayya `alal falaah,
jawaban yang lain, sama dengan kalimatnya muadzdzin.
Bayangkan Allah sedang mengabsen saudara, lalu saudara
mengacungkan tangan: "Saya sudah di sini ya Allah...". Subhaanallaah.
Dan sekarang bayangkan juga betapa sedihnya hati kita bila
kemudian Allah mengabsen, tapi kita masih di pasar, masih meeting, masih makan
minum, masih di kantor, masih di perjalanan. Rugi betul kita ini.
***
Budek Ya...
Bila kita punya anak, maka kita sungguh akan senang bila kita memanggil
anak kita dan anak kita menjawab panggilan kita. Dan sebaliknya, kita akan
sebal manakala kita tahu anak kita mendengar panggilan kita, namun ia tidak
menjawab panggilan kita.
Sebagai orang tua, hal yang biasa bila kita memanggil anak
kita. Dan sebagai orang tua, adakalanya kita memanggil anak, lalu anak segera
bergegas menuju kita, dan adakalanya dia lebih peduli dengan kegiatannya.
Pada saat anak kita menjawab panggilan kita, kita senang.
Dan bila anak kita tidak menjawab panggilan kita, kita kemudian menjadi tidak
senang.
Ada juga anak yang menjawab tapi seperti tidak menjawab.
Misalkan anak kita sedang main gitar di depan rumah, atau sedang menggambar.
Kita panggil, dia nyahut. Tapi kita tunggu beberapa lama, dia yang sudah
nyahut, tapi tidak kunjung datang. Sebab sibuk dengan gitar atau asyik dengan
menggambarnya.
Kita panggil lagi. Lalu dia tidak nyahut lagi. Akhirnya kita
samperin. Begitu kita samperin, barulah kemudian anak kita berdiri dan
meninggalkan kegiatannya.
Begitulah kita terhadap Allah.
Ada juga bahkan anak yang tidak sedikit kesal karena
dipanggil sama kita orang tuanya. Panggilan kita dianggap mengganggu mainnya,
mengganggu aktifitasnya.
Masya Allah, kita pun kadang suka begini. Lihat saja,
sebagian kita malah berkata begini: "Ya Allah, udah ashar lagi
aja...".
Terhadap anak yang tidak mendengar panggilan kita, kita lalu
berkata begini ke anak kita: "Budek ya....".
Jika demikian, apa kira-kira perkataan Allah kepada kita,
ketika dipanggil oleh-Nya lalu kita tidak bergegas memenuhi seruan-Nya?
***
Tidak Bergegas...
Jika kita memanggil anak kita, kita akan bertambah senang bila anak
kita bukan sekedar menjawab panggilan kita, tapi bergegas memenuhi panggilan
kita.
Kelakuan manusia sekitar kita, adalah kelakuan kita. Tidak
jarang kita dimudahkan Allah untuk berkaca tentang kelakuan kita dari melihat
kelakuan orang lain. Khusus perihal shalat, kita sering melihat, langkah kita
adalah seperti bukan langkah yang mengenal Allah. Sudah mah tidak bergegas,
kelakuan kita pun ampuuuunnn dah. Tidak mencerminkan sedang ditunggu Allah.
Seakan-akan benar-benar kita tidak tahu siapa yang sedang menunggu kita.
Astaghfirullah. Saya menulis ini pun sesungguhnya adalah juga termasuk yang
disebut ini.
Lihat saja kelakuan kita. Di pinggir masjid, di teras, kita
masih "tega" merokok dulu, menghabiskan batang rokok yang masih
tanggung kita hisap belum habis. Ada lagi orang yang jalan menuju Allah sambil
ngobrol cekikikan, dan jalan dengan teramat slow. Ada lagi yang sudah komat,
masih terima sms dan mengirim sms ke sana kemari. Ada yang kemudian sampe
mengganggu jamaah yang laen sebab lupa dimatiin suara HP nya. Ada lagi yang
kemudian tidak merapihkan pergelangan lengan bajunya. Ada yang mengendorkan
dasinya. Ada yang mengeluarkan bajunya padahal sudah rapih sebelum masuk
masjid. Dia jadi celaka, sebab dia buang air kecil sebelum wudhu. Itulah sebab
ia tidak merapihkan lagi pakaiannya.
Coba, kalau sudah siap sebelum azan. Misalkan sepuluh menit
sebelumnya, dua puluh sebelumnya, kan kejadian-kejadian seperti tadi tidak akan
ada.
Ada yang berkata, saya ga begitu dah ustadz. Kalo ga begitu,
bagus. Tapi kalo iya, mbok ya mikir. Ketika kita menghadap pimpinan, coba-coba
dah sambil smsan, kalo ga ditegur kita ini? Kalau sedang rapat sama pimpinan
proyek, sama klien, kita bisa konsentrasi dengan hebat, dan mendengarkan dengan
seksama. Ini, ketika makmum, nguap, nguap aja. Tanda kantuk yang tidak ditahan.
Subhaanallaah!
No comments:
Post a Comment