Modul Kuliah : Kuliah
Dasar Wisatahati / KDW-01
Materi Modul : Kuliah
Tauhid
Judul Materi : Fadilah
Iman Kepada Allah, Keutamaan Iman Kepada Allah
Seri Materi : Seri 16
dari 41 seri/esai
File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Tidak
Tugas: Tidak
Peserta KuliahOnline, awal Syawal, berbarengan dengan
dibukanya pintu materi-materi lain KuliahOnline, website kita akan dilengkapi
dengan kolom-kolom tulisan saya di media; Republika, Poskota, Suara Merdeka,
Sindo, Gatra (khusus Gatra, tulisan lama), dan ragam tulisan di media lain,
baik yang berupa dokumen lama yang bersifat tulisan, maupun wawancara. Insya
Allah. Mudah-mudahan tulisan-tulisan di media-media tersebut bisa bermanfaat,
melengkapi esai-esai kuliah kita. Amin.
Saya hari ini mempersiapkan materi sambungan tentang
perbaikan shalat sebagai implementasi awal bertauhid yang benar. Tapi sebelum
kita lanjut ke materi selanjutnya, saya memperhatikan ada pertanyaan yang
menarik seputar keyakinan (Bicara Tauhid Bicara Keyakinan). Kemaren kan saya
contohkan pembahasan mengenai Umrah Juli. Di mana saya mengajak wali santri
untuk sama-sama umrah sekeluarga, dengan menabung bukan biaya umrah, melainkan
menabung sedekah umrah. Banyak peserta yang meminta penjelasan lebih lanjut. Meski belum waktunya, tapi baiklah saya
akan jadikan ini materi Kuliah Tauhid saja.
***
Fadhilah Iman Kepada Allah
Keutamaan Keyakinan Terhadap Allah
Disebut bertauhid manakala kita bisa mempercayai janji Allah sebab
meyakini bahwa janji Allah adalah benar. Inilah bahagian tauhid, bahagian dari
mempercayai dan meyakini Allah.
Begini, teori dasarnya, siapa yang meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, maka Allah akan mengganti dengan yang lebih banyak; 2x, 10,
700x hingga lipatan pengembalian yang tidak terhingga. Keyakinan terhadap janji
ini adalah juga bahagian dari tauhid. Semakin kita mempercayai Janji Allah,
lalu bekerja dan menunaikan keyakinan ini, maka akan semakin hebat pengaruhnya
pada diri kita.
Esai berikutnya sungguhpun terlihat seperti pembahasan
tentang sedekah, sesungguhnya ini adalah pembahasan tentang tauhid; tentang
keyakinan akan Keesaan, Kebenaran, dan Kekuasaan Allah.
Ada seseorang yang tidak yakin dengan dirinya, tapi dia
yakin sama Allah, lalu menjajal. Ini saya sebut separuh keyakinan. Tapi ini
saja, bisa sangat-sangat berhasil. Bahkan yang tidak punya keyakinan pun akan
berhasil! Hanya saja, kepada mereka yang beramal tanpa keyakinan dan ilmu, akan
beda rasanya. Buku terbaru saya: The Miracle, udah terbit. Dan buku ini banyak
berbicara tentang hal ini (tauhid). (Tunggu
saja ya BelanjaOnline di web ini aktif. Supaya peserta bisa mendapatkan buku
ini hanya dengan mengklik ujung mouse dan keyboard saja. Pesan secara online
via web kesayangan Anda ini, tahu-tahu buku itu udah di rumah, Web Admin).
Seorang ibu di Jember mengikuti tausiyah saya tentang janji
Allah. Yang membuat dia tidak yakin, bagaimana bisa dirinya yang tidak ada
siapa-siapa di rumahnya, dan dia tidak bekerja, lalu bisa mendapatkan rizki
lebih? Tapi dia memilih percaya saja kepada Allah. "Allah punya sejuta
cara jika sudah menghendaki sesuatu", begitu katanya meyakinkan dirinya
sendiri.
Dan keyakinannya ini mengantarkannya pada rizki. Dia
bersedekah di acara, Rp. 5rb. Dia pulang dengan jalan kaki sebab ongkosnya
dipakai bersedekah. Sesampainya di rumah, dia punya rumah dihampiri pengendara
sedan yang sudah kebelet kepengen pipis. Selesai pipis, dia diberi Rp.50rb,
atau 10x lipat dari yang disedekahkannya.
Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah, ini bukan hanya
pengajaran sedekah. Sekali lagi ini pengajaran tauhid. keyakinannya terhadap
Allah sudah menggerakkannya bersedekah. Sungguhpun uang itu adalah untuk
ongkos, ia kalahkan. Dan keajaibanpun terjadi.
***
Pernah ada kisah seorang tukang ikan datang meminta amalan
agar bisa punya modal lebih. Ketika ditanya buat apa modal lebih, dijawab
supaya ada untung lebih. "Memangnya pasti tuh kalo modal ditambah, untung
pasti bertambah?". Dia ragu menjawabnya. Ya saya tahu, banyak yang
memiliki kesadaran bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali aturan
Allah. Tapi dia menjawab, "Secara hitungan sih, ya nambah untungnya Pak
Ustadz. Tapi ya ga tau dah. Namanya juga nasib".
Saya lalu bertanya kepada dia, rizki itu dari ikan, atau
dari Allah?
"Dari Allah".
"Minta saja sama Allah tambahan rizki, insya Allah ga
kudu pake tambahan modal, rizki pasti nambah".
"Yah, darimana jalannya Pak Ustadz? Darimana jalannya
jika tidak ada tambahan modal?"
"Jalannya bukan nambah modal. Tapi nambah rizki dengan
jalan-jalan Allah".
Keterbatasan pengetahuan seseorang akan sumber rizki
menyebabkan rizkinya juga terbatas. Tapi mereka yang terbatas pengetahuannya
akan sumber rizki sebenernya cukup dengan memiliki ilmu tauhid, maka sudah akan
bertambah-tambah rizkinya. Yakini saja bahwa Allah akan membukakan pintu rizki
yang lebih banyak dan kemudian mau memintanya, maka sungguh, ini cukup baginya
untuk bertambah rizkinya. Keyakinan saja kita tidak punya, apalagi amal kali.
Barangkali.
Saya menambahkan si tukang ikan ini, "Pak, jalan-jalan
Allah itu tidak sebatas tambah modal sebagai jalan yang Bapak yakini sebagai
satu-satunya jalan. Sehingga Bapak bertanya darimana kalau tidak nambah modal?
Sebab Allah memang tidak perlu sebab untuk menambah dan menutup rizki
seseorang. Semua berdiri di atas Kehendak-Nya. Hanya, orangorang yang beriman
dan berilmu, tahu, bahwa untuk menghadirkan Kehendak Allah inilah diperlukan
ikhtiar, diperlukan upaya. Nah, salah satu ikhtiar untuk menambah jalan rizki
buat Bapak, adalah sedekah. Bahkan jalan ini Allah yang memberitahu, langsung
lewat KitabNya, al Qur'anul Karim".
Sulit bagi si tukang ikan ini memikirkan bagaimana bisa
sampai terjadi penambahan rizki. Tapi tidak sulit baginya mempercayai. Sebab
mempercayai adalah menggunakan hati. Bukan akal. Hanya orang-orang yang bisa
memahami dengan akal dan mengimani dengan hatilah yang derajatnya akan berbeda.
Terus, karena percaya, tukang ikan ini berjanji akan mencoba
untuk bersedekah. Sore harinya (dia dagang pagi hari), dia bersedekah 5rb.
Esoknya, ada kejadian. Ada seorang anak muda yang biasa minjem motor, minjem
motor. Karena biasa, ya tidak ada yang aneh. "Silahkan," kata si
tukang ikan mempersilahkan anak muda ini memakai motornya. Nah, yang si tukang
ikan tidak tahu, Allah lah yang mengatur kejadian ini. Allah Melihat dari
Asry-Nya sana, bahwa dari situlah rizki si tukang ikan bisa terbuka. Sedang si
tukang ikan, sebagaimana kita, hanya bisa melihat bahwa rizkinya ya dari
usahanya, dari mejanya. Tidak punya spektrum yang lebih luas. Kita melihat
sebatas mata. Sedang Allah tidak terbatas penglihatannya.
Hanya 15 menit anak muda ini memakai motor itu, sebagaimana
biasanya, tapi anak muda ini memberi rizki tambahan, "Bang, makasih
ya," kata si anak muda ini, sambil mengembalikan STNK motor dan uang. Ya,
uang! Rp. 50rb.
Peserta KuliahOnline, peristiwa ini bagi si tukang ikan
amazing banget. Dia kemaren bertanya, darimana bakal bertambah rizki? Lalu
dibawa ke persoalan tauhid. ke persoalan keyakinan, bahwa rizki di tangan
Allah. Karena Allah itu di mana saja, maka rizki itu bisa darimana saja. Dan
hari ini terjawab!
Begitulah kalau tauhid ini bekerja. Kisah di atas bukan
hanya bertutur tentang fadhilah sedekah saja, tapi tentang fadhilah iman kepada
Allah, keutamaan tentang meyakini Allah.
***
Satu tahun yang lalu, ada seorang ibu mau daftar Umrah
Ramadhan.
"Sendirian berangkatnya? Suami?," begitu tanya
saya ketika dia mengutarakan akan daftar umrah. Sendirian.
"Suami engga berangkat Ustadz".
"Suami udah pernah berangkat?"
"Belum".
"Mana enak berangkat sendirian?"
Ibu itu menjawab dengan senyumannya. Tahulah saya, bahwa
persoalannya ada di uang.
"Uangnya ga cukup ya?"
Beliau mengangguk.
"Udah pernah ke Tanah Suci sebelumnya?"
"Belum".
"Suami?"
"Belum.”
Wah, kalo gitu, ga usah daftar umrah dah. Terperanjatlah si
ibu ini, demi mendengar saya bicara begini.
Maaf ya, biasanya pemilik travel umrah, mana ada yang
menolak rizki. Sebab pendaftar kan berarti rizki. Tapi karena saya bismillah
buka travel bukan untuk bisnis semata, maka saya merasa lebih perlu memberi
nasihat ibu ini bersedekah ketimbang menerima pendaftaran umrahnya.
"Tapi saya udah kepengen umrah, Ustadz."
"Iya, tapi coba jajal yang satu ini. Ibu percaya ga
bahwa pergi haji itu bukan karena uang?"
"Percaya.”
"Kalau percaya, minta saja sama Allah supaya sekalian
berangkat haji saja. Mintanya jangan tanggung-tanggung. Minta berangkat bareng
dengan suami.”
"Wah, darimana jalannya Ustadz? Ini saja boleh nabung
dikit-dikit.”
Itulah kita, manusia. Pertanyaan darimana jalannya itu
pertanyaan yang tidak bertauhid. Sebab orang mukmin tahu, jalannya itu adalah
jalan Allah.
"Banyak Bu jalannya. Dan murah meriah. Kalau kuat
berdoa, berdoa sepanjang waktu shalat, jangan kenal lelah dan jangan berhenti.
Kalau perlu berdoa dengan menambah jam-jam shalat sunnah. Syukur-syukur mau
bersedekah."
Saya sarankan si ibu ini agar rela menyedekahkan uangnya.
Dua-duanya sama-sama pekerjaan sunnat. Sebenernya kalau si ibu ini yakin, dia
tetap memilih berangkat, lalu di Tanah Suci dia berdoa yang sama, ya berangkat
juga. Namun saya bilang, kurang seru. Masa berangkat sendirian? Tidak ditemani
pendamping hidup. Karenanya saya minta ibu ini bertaruh untuk menyedekahkan
saja uang yang sedianya untuk umrah ini.
Ibu ini setuju. Uang USD2000 pindah tangan. Sebagiannya
untuk pengembangan pembibitan penghafal al Qur'an, sebagiannya untuk anak-anak
yatim dan dhuafa di luar pesantren Daarul Qur'an.
Jadi ga beliau Umrah Ramadhan? Tidak. Sebab uangnya ga jadi
dipake daftar. Melainkan habis buat sedekah.
Satu tahun berlalu. Bahkan lewat. Sebab sekarang ketika saya
bercerita, sudah masuk Ramadhan. Sedang saya ketemu dengan ibu ini di bulan
Sya'ban. Satu bulan sebelum Ramadhan. Tahun lalu.
Dua bulan sebelum Ramadhan, travel haji umrah kami
mengadakan manasik haji. Diselenggarakan di Sekolah Daarul Qur'an Internasional
(Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an) yang berlokasi di Kampung Ketapang. Dekat
dengan kediaman saya. Tahu ga? Ibu tersebut ada di barisan orang-orang yang
ikut manasik haji. Bersama suaminya! Tentu saja saya mengenalinya.
Berceritalah dia termasuk di depan calon jamaah haji yang
lain, bahwa Janji Allah itu benar. Tanpa dinyana, ga berapa lama setelah ia
sedekahkan uang umrah kemaren lusa itu, Allah bukakan rizki yang buanyak
sekali. Ada proyek yang diamanahkan ke beliau, dan keuntungannya melampaui
biaya haji. Dia pakai untuk biaya haji dirinya dan suaminya, masih lebih. Ia
menganggap kelebihannya itu adalah pengembalian Allah atas sedekah uang umrah,
dan kemudian ia masih mendapat bonus lagi dua. Satu, berupa biaya haji berdua
dengan suaminya, dan satu lagi keuntungan buat perusahaannya. Masya Allah.
Peserta KuliahOnline, inilah tauhid. kita pernah bicara kan? Bicara tentang
tauhid, bicara tentang keyakinan, begitulah saya pernah bertutur di
KuliahOnline ini.
***
Nah, terkait dengan persoalan umrah Juli tahun 2009 (saat esai ini ditulis masih 2008, Web Admin)
, kita pake cara ini. Cara yakin kepada Allah dan bersedekah.
Saat ini September 2008. Yang kita incer, Umrah Liburan,
Juli 2009. Masih ada waktu 10 bulan (pendaftaran terakhir Umrah Juli 2009, di
akhir Juni 2009). Maka menabunglah. Tapi jangan menabung untuk biaya umrah.
Menabunglah untuk "Sedekah Umrah".
Saya katakan kepada wali santri saat itu (saat tercetus ide
umrah bareng sekeluarga besar pesantren), bahwa berdasarkan teori dasar siapa
yang memberi satu akan mendapatkan 10, maka didapat matematika seperti ini.
Santri bernama A, memiliki kakak dan adik 2 orang. Artinya,
keluarga ini terdiri dari 5 orang anggota; ayah, ibu, dan 3 orang anak.
Niatkanlah berangkat Umrah Liburan nanti.
5 x 15 juta biaya umrah = 75 juta.
Kalau punya uang, tidak masalah, tinggal daftar. Bagaimana
kalau tidak punya uang? Sedang saya punya mau semua wali santri berangkat
bersama seluruh anak-anaknya. Jangan ada yang ketinggalan. Apalagi kalau ga
berangkat sebab ga punya uang, jangan sampai terjadi.
Kalau tidak punya uang, tempuh jalan tauhid. Tempuh jalan meyakini
Janji Allah; doa dan sedekah.
Siapa yang mengeluarkan 1, dapet 10. Kalimat ini sama
dengan: Siapa yang mau dapat 10, keluarkan saja 1. Maka, kalau diturunin pada
kasus ini, siapa yang sedekah 7,5jt akan mendapatkan 75jt. Atau, siapa yang mau
dapat 75jt, keluarkan 7,5jt.
Bagi mereka yang punya 7,5jt, sekarang-sekarang ini,
keluarkan sekarang. Tapi bagi yang tidak punya cash untuk sedekah sebesar
7,5jt, maka cicil saja. Kan masih ada waktu 10 bulan? Bagi saja 10 bulan.
Ketemu angkanya 750rb setiap bulannya. Cicil terus sampe bulan Juni. Dan
yakini, bahwa insya Allah pada saatnya nanti Allah akan memberikan rizki untuk
mendaftarkan umrah sekeluarga.
Bila ini yang diyakini, insya Allah akan terjadi apa yang
kita yakini,. Inilah tauhid. Meyakini Allah, meyakini Janji-Nya, Keesaan-Nya,
Kekuasaan-Nya, kebesaran-Nya.
Bahkan, di Buku The Miracle, yang sebagiannya juga
dipelajari insya Allah di KuliahOnline, kita meyakini, bahwa bisa saja Allah
membayar lunas dulu target kita, permintaan kita, padahal cicilan sedekah kita
belum lunas. Atau bisa saja Allah memberi lebih dari sekedar 75jt. Sebab
Janji-Nya memang demikian. Dia akan memberi hingga 700x lipat atau bahkan
lebih.
***
Peserta KuliahOnline, rasanya tidak salah jika kemudian saya
menyeru kepada seluruh wali santri agar memakai betul ilmu yang didapat ini.
Bahkan saya menyeru kepada jamaah peserta kuliah, agar juga menerapkan ini.
Hitung berapa anggota keluarga Anda semua, dan kalikan dengan biaya umrah.
Kemudian kalikan 10% dari total biaya itu. Insya Allah kita ketemu dah di Tanah
Suci.
Dan saya tegaskan kembali, ketika bicara ini, ini sudah
melampaui bicara tentang sedekah. Tapi sudah jauh bicara tentang tauhid. Iman
kita tentang tauhid, keyakinan kita tentang tauhid, akan mengantarkan kita
mendapatkan keajaiban-keajaiban Janji Allah.
Dalam pada itu, saya kembali mengingatkan, bahwa bila semua
ini mau berjalan mulus, nomor satu, tetap saja kita harus memperbaiki shalat
kita. Ini adalah landasan tauhid. utamanya bila Anda mau menjajal sesuatu yang
besar-besar. Benahilah shalatnya dulu. Maka besok insya Allah kita akan
meneruskan kembali kajian tentang shalat dengan pengembangan pembahasan dari
sisi tauhid. Sampe ketemu lagi besok.
Mudah-mudahan panjang umur.
Mohon doa dari semua peserta. Kemaren, tanggal 9 September
2008, kami merayakan ulang tahun perkawinan kami yang ke-9, 9th wedding
anniversary kami. Masya Allah, makasih doanya selama ini. Doa dari Anda
semualah yang juga turut sudah menjaga kami.
Baarokawloohu lanaa.
Salam.
***
No comments:
Post a Comment