Sunday, October 14, 2012

Kuliah Dasar Wisata Hati KDWH 0129 Cari Allah Dulu (II)


Materi kuliah ini didownload dari www.kuliahonline.wisatahati.com

Modul Kuliah : Kuliah Dasar Wisatahati / KDW-01
Materi Modul : Kuliah Tauhid
Judul Materi : Cari Allah Dulu (II)
Seri Materi : Seri 29 dari 41 seri/esai

File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Tidak
Tugas: Tidak


Cari Allah Dulu (II)


Kalau kita mengetuk pintu Allah, maka Pintu-Nya Allah itu yang ga pernah tertutup.
 Selalu terbuka.


Sebut saja ibu Yusuf, punya masalah keuangan. Ia belum belajar tauhid, bahwa ikhtiar itu memang satu keharusan, namun memulainya bersama Allah itu juga satu keharusan. Rizki di tangan Allah. Perkenan-Nya adalah Kehendak-Nya. Izin-Nya juga di tangan-Nya. Segala ikhtiar bisa berhasil bila Dia mengizinkan ikhtiar itu berhasil. Dan sebaliknya. Di barisan ayat-ayat kemaren dah sama kita pelajari. Di sini nanti sebagaimana yang kita bilang kemaren-kemaren, mau diajarkan: Carilah Allah dulu. Biarlah Dia yang membuka segala-galanya buat kita. Biarlah nanti Dia yang membimbing langkah kita. Biarlah Dia yang mengatur segalanya untuk kita. Yang demikian bila kita menyandarkan semua urusan kepada-Nya.

Jadi, disebut pasrah itu ternyata juga di depan. Bukan di belakang. Laa hawla itu sejak dari depan. Bukan ketika mentok baru menyebut laa hawla.

Sama seperti kebanyakan kita, ibu Yusuf ini lalu mengetuk pintu manusia. Ia ambil kertas, dan ia tulis siapa saja "kandidat" yang bisa ia mintakan pertolongan. Sebut saja juga ada tiga kandidat: ibu Jameel, ibu Hendy, ibu Budi. Semua ini dipikirnya Ibu Yusuf bisa memberinya pertolongan. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya: kehinaan, kemaluan, kesia-siaan, atau kalaupun tidak, ia akan jadi... kelamaan! He he he. Maaf ya. Emang begini koq. Kita lihat saja ilustrasi berikut ini;

"Hallo... Assalamu'alaikum... Ada Ibu jameel nya?" tanya Ibu yusuf dari ujung seberang telpon. Dalam "daftar kandidat" nama Ibu Jameel ini paling atas.

"Dari siapa? Ya, saya sendiri...," jawab ibu Jameel renyah. Ramah.

"Dari Ibu Yusuf, Bu..."

"Ibu Yusuf mana ya?" Suara Ibu Jameel mulai berubah agak-agak ga ramah. Barangkali bertanya sambil berkernyit.

"Eh, maaf. Saya Ibu Yusuf teman pengajian ibu. Di Ketapang."

"Oooohhh... Ibu Yusuf itu. Kenapa???!!! Mau pinjam uang lagi???!!!"

Lemaslah Ibu Yusuf ini. Memang benar ia mau minjam uang lagi. Dan memang benar ia punya hutang. Tadinya ia mau ngomong kalo masih boleh nambah, please dah tambahin. Ternyata kejadiannya malah ga ngenakin.

Saudara-saudaraku, ya begitu dah. Namanya juga manusia. Nolongin sekali, bisa. Nolong dua tiga kali, belum tentu. Apalagi kalau track-record kita ga begitu bagus. Kesempatan kedua belum tentu ada.

Hanya Allah yang ga peduli dengan status hamba-Nya. Mau dia itu sering mengecewakan Allah atau tidak, Allah selalu menerima. Dan hebatnya, selalu berkenan menolong. Cuma memang Allah lah yang lebih paham tentang kapan pertolongan-Nya Dia turunkan dan kapan doa seorang hamba dikabulkan.

Dan sebenernya, buat seorang muslim, ia pasti tahu dengan ilmunya, bahwa pertolongan Allah itu "sudah" diturunkan. Kalau tidak, tentu kita tidak selamat dengan dosa-dosa kita dan kesalahankesalahan kita. Justru karena pertolongan Allah lah kita ini masih diberi-Nya kesempatan hidup. Masih diberi-Nya waktu untuk memperbaiki kesalahan kita dan mengejar keburukan. Dan seorang muslim pun tahu bahwa ketika doa dipanjatkan, sesungguhnya saat itu saja sudah dikabulkan. Hanya dalam bentuknya yang lain. Kata Rasulullah, tidak ada satu doa pun yang dipanjatkan hamba Allah kecuali itu menjadi kebaikan buat dirinya sendiri. Bilamana Allah belum mengabulkan, maka Allah akan tolak bala dengan doa itu, di tempat yang ia tidak mintakan keselamatan. Dan atau Allah akan beri kebaikan di tempat yang tiada ia minta sebagai kebaikan baginya. Atau, Allah jadikan doa itu sebagai wasilah penambah derajatnya. Alhamdulillah, masya Allah, baik benar Allah ini. Teramat baik.



***


Ibu Yusuf, yang sedang ada masalah keuangan, terus mencari pertolongan manusia. Dia, sebagaimana kita-kita, menganggap "namanya juga ikhtiar". Pinjam-pinjam pun dilakonin. Apalagi urusan suami dan anak. Begitu mungkin pikir Ibu Yusuf. Tapi Ibu Yusuf melupakan Allah. Mestinya ia menaruh Allah di urutan paling pertama yang harus ia datangi. Baik, kita teruskan ilustrasi kisahnya. Setelah gagal dengan Ibu Jameel di pertama kali ini, rupanya ia pantang mundur, pantang menyerah. Dia maju terus ke lis nomor dua. Yaitu Ibu Hendy.

"Hallo... Assalamu'alaikum..."

“Wa'alaikumussalaam..."

"Ibu hendy nya ada...?"

"Ini dari siapa...?"

"Ini dari Ibu Yusuf..."

Di seberang sana, yang menerima telpon ini bicara. Percakapannya didengar sama Ibu Yusuf.

"Bu, ada telpooonnn..."

"Dari siapa?"

"Katanya, Bu Yusuf."

“Ah, bilang sajalah Ibu lagi istirahat. Palingan minjem lagi!"

Lemeslah Ibu Yusuf ini. Ia sadar ia emang suka banyak minjemnya sama orang lain. Tapi ga urung ia nyesek juga "dibeginikan" orang. Apalagi ia lagi bener-bener butuh bantuan orang. Tanpa menunggu diberitahu, Ibu Yusuf langsung menutup gagang telponnya. Namun, ikhtiar tetap ikhtiar. Ia harus pol ikhtiarnya. Ia melaju ke lis berikutnya. Lis ketiga.

Nah, nah, nah, terhadap kalimat di atas ini, semuanya tentu sepakat. Namun saya terpaksa bilang, kalau sudah ada tanda-tanda kegagalan, mbok ya berhenti. Tafakkur sebentar. Berdoa. Menghela nafas dan kemudian menoleh dulu ke Allah. Tanya apa yang salah. Insya Allah ketemu, yaitu belom ke Allah, masa sudah ikhtiar saja. Iya kan? Ada run-down yang salah. Tapi apa boleh buat, kan belum ikut KuliahOnline, he he he.

Tinggal satu lis lagi. Yaitu Ibu Budi. Kepada Ibu Budi ini ia menaruh harapan. Mudah-mudahan ketemu jalannya di sini.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam. Iya, dengan Bu Budi di sini. Di situ dengan siapa?"

"Dengan Bu Yusuf."

"Oh, alhamdulillah. Bu Yusuf kebeneran loh. Saya lagi nyari temen buat ngobrol. Saya itu koq ya lagi sedih banget."

"Sedih kenapa Bu Budi?"

"Sedih. Suami saya butuh biaya berobat. Anak-anak saya butuh biaya sekolah dan kuliah. Duh, pusing."

"Ooohhh..."

"Bu Yusuf, boleh ga kalo saya pinjam uang???"

Wuah, Bu Yusuf tambah lemes. Orang terakhir yang ia telpon, malah bermasalah. Ia yang pengen minjem uang, malah kemudian jadi yang dijadikan target meminjam. Pusing.

"Eh eh, sama Bu Budi. Saya pun tadinya mau minjam sama Bu Budi. Ya sudahlah, kita sama-sama berdoa ya". Suara di ujung sana pun sama kecewanya.


***


Saudara-saudaraku, saya tidak sedang melebih-lebihkan sesuatu. Tapi yang begini ini memang sering terjadi. Banyak orang yang kemudian kecewa sebab mendatangi orang lain. Ternyata seperti Bu Yusuf ini kejadiannya.

Hanya ada satu pintu yang selalu siap diketuk, terbuka, dan malah mengundang kita masuk untuk meminta kepada Pemilik ini pintu. Yaitu pintunya Allah. Pintu manusia sering tertutup. Ada yang bener-bener tertutup, ada yang ditutup. Ada juga yang sengaja pura-pura tertutup. Manusia ada bosannya dimintai pertolongan. Sedang Allah malah menyuruh kita meminta dan meminta. Semakin banyak permintaan kita, Allah semakin senang. Semakin rajin kita meminta, semakin Allah ridha. Semakin kita bergantung hanya pada-Nya, semakin hebat juga Pertolongan Allah buat kita.

Dan satu lagi, hanya Allah yang tidak punya masalah. Kalau kita datang kepada-Nya, Dia tidak akan merasa terbebani. Beda dengan manusia. Semua manusia pasti punya masalah. Salah-salah kita datang, malah kita kena semprot, sebab datang tidak tepat waktunya. Misalkan dia sedang uringuringan atau apa. Atau seperti Bu Yusuf tadi. Dia telpon Bu Budi, eh malah Bu Budi yang mau minjem sama dia.


No comments:

Post a Comment