Monday, October 15, 2012

Kuliah Dasar Wisata Hati KDWH 0130 Cari Allah Dulu (III)


Materi kuliah ini didownload dari www.kuliahonline.wisatahati.com

Modul Kuliah : Kuliah Dasar Wisatahati / KDW-01
Materi Modul : Kuliah Tauhid
Judul Materi : Cari Allah Dulu (III)
Seri Materi : Seri 30 dari 41 seri/esai

File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Tidak
Tugas: Tidak

Cari Allah Dulu (III)


Rizki yang tiada diduga. Begitulah kita mengenal satu jalan yang tiada diduga. Bukan didapat dari jalan yang kita tempuh. Melainkan jalan-jalan yang disediakan Allah.


Masih ingat ya kuliah kemaren? Bagaimana payahnya perjalanan Bu Yusuf mencari pertolongan manusia. Tiga orang yang dituju, mentok semua.

Akan beda buat Bu Yusuf andai beliau sedari awal ke Allah dulu. Cari Allah dulu. Insya Allah, akan ada bimbingan dari Allah untuk ikhtiarnya. Bisa jadi langkahnya salah, namun Allah belokkan jadi benar jalannya. Tidak seperti ikhtiar sebagian dari kita selama ini. Kelihatannya di jalan yang benar dan menghasilkan. Ga tahunya nihil. Atau malah tidak jarang malah buntung.

Baiklah, kita coba ilustrasikan bagaimana zig zag nya cara Allah menolong. Kita sering mendengar istilah "Min haitsu laa yahtasib". Ya, itulah yang dimaksud dengan "keadaan-keadaan yang tidak terduga". Seakan-akan datang begitu saja, hadir begitu saja. Sesungguhnya, kalau Allah sudah berkata Kun, Fayakuun. Subhaanallaah. Alangkah ruginya orang yang tidak mendatangi Allah. Dan sebenernya, tidak ada yang disebut tidak diduga-duga itu. Sebab sudah pasti terduga, yakni terduga bahwa datangnya pasti dari Allah. Hanya, dalam bentuk apa dan bagaimana, itu yang tidak pasti. Itu prerogatif Allah banget. Namun, saya bisa meyakinkan saudara-saudara semua, bahwa hukumnya pertolongan Allah itu, pasti adanya. Inilah yang saya maksudkan dengan "terduga'. Siapapun yang menempuh jalan-jalan pengundang pertolongan Allah, termasuk meniti jalan-jalan yang membuka pintu rizki, maka jalan-jalan yang tak terduga itu diduga pasti hadirnya.

Mari kita kembali ke Bu Yusuf. Boleh juga peserta KuliahOnline semuanya membuka kembali tulisan kemaren. Kali ini, kita ilustrasikan bahwa Bu Yusuf berlangkah langkahnya orang yang benar. Langkahnya orang yang bertauhid yang memiliki iman, memiliki keyakinan terhadap Sang Kuasa. Kita bayangkan, Bu Yusuf ini tahu kemana ia harus datang untuk pertama kalinya. Bahkan sebelum lagi ia berikhtiar. Yakni ke Allah `azza wajalla. Ikhtiar manusiaya, tetap. Ia ambil kertas dan pena. Ia mencoba mengingat, siapa di antara tiga nama yang dikenalnya yang bisa menolongnya keluar dari kesulitan keuangan. Ia tuliskan tiga nama ini di atas kertas: Bu Jameel, Bu Hendy, dan Bu Budi. Namun sebelum ia telpon satu satu ini orang, sebelum ia buka kalam sama ini orang, sebelum ia kemudian menyatakan diri sebagai orang yang butuh bantuan ini orang, ia menghadap dulu Allah.

Bu Yusuf shalat dhuha. Dan ia sabarkan diri untuk tidak dulu menghubungi salah satu dari ketiga nama yang ia tulis. Sebabnya satu. Ia merasa harus dulu menghubungi Allah.

Dengan bahasa sederhananya, Bu Yusuf shalat dhuha. Usai dhuha, ia bermunajat dengan menggunakan doanya shalat dhuha...

Innadh dhuhaa dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal `ishmata `ishmatuka...Sesungguhnya dhuha ini adalah dhuha-Mu, dst...

Sesungguhnya, ketika Bu Yusuf ini memanjatkan doa ini, ia seakan-akan mengatakan kepada Allah, ya Allah, tiga nama yang kutulis ini adalah hamba-hamba-Mu. Mereka tidak akan dapat memberikan pertolongan kalau Engkau tidak berkehendak dan tidak memberi izin. Ya Allah, kemanapun aku melangkah, kalau Engkau tidak membimbing, maka tidak akan aku ketemu jalan yang kumaksud. Ya Allah, aku akan menelpon ketiga orang ini. Siapa gerangan yang Engkau tunjuk sebagai perpanjangan tangan-Mu untuk menolong aku?

Gitu.

Itulah dhuha. Itulah kesejatian menghamba kepada Yang Maha Berkehendak. Kita tahu bahwa pusat segala pusat ya Allah. Kita datangi dulu DIA, supaya kita mendapatkan banyak kemudahan. Langkah pun tidak sia-sia.

Dan dengan Bu Yusuf ini shalat dhuha dan menunda diri untuk tidak dulu mengontak siapapun kecuali Allah dulu, maka sesungguhnya ia masuk ke dalam posisi yang disebut dengan ayat berikut ini:

"Yaa-ayyuhal ladziina aamanuus ta'iinuu bish shabri wash shalaah. Innallaaha ma'ash shaabiriin, Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan jalan shalat dan sabar. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
(Qs. Al Baqarah: 153)

Lihat, Bu Yusuf menempuh jalan shalat dhuha. Satu pintu pengundang pertolongan ia datangi. Yaitu pintu shalat. Dan kemudian ia menyempurnakannya dengan memasuki pintu sabar. Ya, bukankah sebagaimana saya sebut di atas, yakni dengan tidak dulu buru-buru mengontak manusia adalah kesabaran kiranya?


Sempurna. Lengkap. Maka kemudian Allah menyebut, Allah akan bersama orang-orang yang sabar. Ini bisa diberikan makna, bahwa sungguh Allah akan terlibat. Menyertai perjalanan ikhtiar mereka yang shalat dan sabar.

Dan kita lihatlah ilustrasi berikut ini:

Setelah lepas shalat dan doa, Bu Yusuf kemudian menghela nafas. Ia ambil ancang-ancang untuk menelpon mereka satu satu. Tentu saja dimulai dari list yang paling atas: Ibu Jameel. Kalau sekiranya ibu Jameel tidak sukses, baru melangkah ke list yang kedua: Ibu Hendy. Dan kalaulah Ibu Hendy tidak berhasil juga, maka ke list yang ketiga, yakni Ibu Budi.

"Hallo, assalamu'alaikum... Bisa bicara dengan Ibu Jameel...?"

"Wa'alaikumussalaam... Maaf, ini dengan siapa ya? Salah sambung."

"Oooohhh... Maaf ya. Saya Bu Yusuf. Maaf salah sambung."

"Eh, eh, eh... Ini Bu Yusuf mana ya? Rasanya saya kenal nih...," begitu kata suara yang salah sambung ini.

"Masa Ibu kenal saya?" tanya Bu Yusuf.

"Rasanya sih... Tinggal di mana?"

"Ketapang. Deket Pesantren Daarul Qur'an..."

"Ah, bener... Saya sudah duga ini pasti Bu Yusuf yang tinggalnya deket dengan Daarul Qur'an. Bu Yusuf, saya Ustadzah Mansur. Masa, sama guru sendiri lupa?"

Wah, Bu Yusuf jadi merah mukanya. Kalau saja Ustadzah Mansur tahu betapa malunya ia tidak mengenali suara guru ngajinya sendiri, tentu ia betulan sudah malu sendiri. "He he... Maaf ya Ustadzah... Saya tidak mengenali suara Ustadzah..."

"Bu Yusuf, ada apa pagi-pagi koq sudah seperti orang bingung? Niat menelpon siapa tadi? Bu Jameel ya? Koq jadi nyambungnya ke saya?"

"E, e, ga ada apa-apa koq Ustadzah..."

Ustadzah Mansur ini menangkap ada suara yang sedang butuh pertolongan. "Bu Yusuf, bicara saja. Siapa tahu saya bisa membantu. Yah, namanya sharing. Bukan kebetulan loh Ibu salah sambung begini... Pasti ini udah diatur Allah. Insya Allah."

"Malu..."

"Duuuuhhh, pake malu segala. Ga apa-apa. Silahkan."

"Saya butuh uang Ustadzah. 5 juta. Untuk anak saya. Bapaknya lagi ga ada uang..."

"Oh, kalau gitu datang saja ke rumah saya..."

Wah, di ujung sana, Ibu Yusuf sudah berseri-seri tuh wajahnya. "Ustadzah ada uang segitu?"

"Weh, siapa yang bilang ada? Saya kan hanya nyuruh ke rumah saya saja...," kata Ustadzah Mansur menggoda.

"Ah, Ustadzah, saya kira ada..."

"Bu Yusuf, saya kan ustadzah loh... Ga ada uang, tapi kan banyak murid. Gampang. Nanti ustadzah yang pinjam sama murid yang ada uangnya. Kalo dapat, uangnya buat Bu Yusuf. Asal dijaga ya. Yang amanah. Jaminannya saya. Insya Allah dapat dah."

Cerita selanjutnya ga usahlah saya teruskan. Tapi lihat ilustrasi ini. Ilustrasi ini demikian hidup! Ia bagaikan nyata. Dan saya rasa, satu dua kawan-kawan Peserta KuliahOnline ngalamin juga hal-hal begini ini.

Bu Yusuf menulis tiga nama. Malahan kemudian Allah hadirkan orang ke-empat yang ga ditulis oleh Bu Yusuf. Tiga orang yang ditulis, malah ga ada yang dikontak. Sebab selesai di urusan salah sambung tadi. Miracle kan?

Allah mempermudah. Allah perpendek durasi ikhtiarnya. Dan yang tidak kalah pentingnya, Allah muliakan Bu Yusuf dengan Allah tutup kesusahannya hanya di satu orang saja yang Allah tunjuk dan percaya bisa menjaga aib Bu Yusuf. Bukannya apa, banyak juga kita salah ngomong, salah ngadu. Akhirnya jadi bumerang buat kita.

What do you think...? Tak tunggu komentarnya ya. Silahkan beri komentar. Habis ini, kita akan bicara-bicara soal keyakinan, soal tauhid, yang lebih seru lagi, he he he. Kayak film saja.

Waba'du, saya minta maaf ya. Kalau di tulisan-tulisan terdahulu ada yang tersinggung, ada yang marah, ada yang menggarisbawahi kajian-kajian yang saya tulis. Apa yang saya sajikan, natural saja sifatnya. Saya mengajar ini seperti saya mengajar "LIVE". Langsung. Wajar saja kadang saya kepeleset. Yang penting bismillahnya bener ya? Maka nya, saya mohon doa ya. Mudah-mudahan semua peserta memaklumi dan berkenan terus memberikan masukan. Salam untuk saudara semua. Wass.

No comments:

Post a Comment