Modul Kuliah : Kuliah
Dasar Wisatahati / KDW-01
Materi Modul : Kuliah
Tauhid
Judul Materi : Cari Allah
Dulu (III)
Seri Materi : Seri 30
dari 41 seri/esai
File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Tidak
Tugas: Tidak
Cari Allah Dulu (III)
Rizki yang tiada diduga. Begitulah kita mengenal satu jalan yang tiada
diduga. Bukan didapat dari jalan yang kita tempuh. Melainkan jalan-jalan yang
disediakan Allah.
Masih ingat ya kuliah kemaren? Bagaimana payahnya perjalanan
Bu Yusuf mencari pertolongan manusia. Tiga orang yang dituju, mentok semua.
Akan beda buat Bu Yusuf andai beliau sedari awal ke Allah
dulu. Cari Allah dulu. Insya Allah, akan ada bimbingan dari Allah untuk
ikhtiarnya. Bisa jadi langkahnya salah, namun Allah belokkan jadi benar
jalannya. Tidak seperti ikhtiar sebagian dari kita selama ini. Kelihatannya di
jalan yang benar dan menghasilkan. Ga tahunya nihil. Atau malah tidak jarang
malah buntung.
Baiklah, kita coba ilustrasikan bagaimana zig zag nya cara
Allah menolong. Kita sering mendengar istilah "Min haitsu laa yahtasib". Ya, itulah yang dimaksud
dengan "keadaan-keadaan yang tidak
terduga". Seakan-akan datang begitu saja, hadir begitu saja. Sesungguhnya,
kalau Allah sudah berkata Kun, Fayakuun. Subhaanallaah. Alangkah ruginya orang
yang tidak mendatangi Allah. Dan sebenernya, tidak ada yang disebut tidak
diduga-duga itu. Sebab sudah pasti terduga, yakni terduga bahwa datangnya pasti
dari Allah. Hanya, dalam bentuk apa dan bagaimana, itu yang tidak pasti. Itu
prerogatif Allah banget. Namun, saya bisa meyakinkan saudara-saudara semua,
bahwa hukumnya pertolongan Allah itu, pasti adanya. Inilah yang saya maksudkan
dengan "terduga'. Siapapun yang menempuh jalan-jalan pengundang
pertolongan Allah, termasuk meniti jalan-jalan yang membuka pintu rizki, maka
jalan-jalan yang tak terduga itu diduga pasti hadirnya.
Mari kita kembali ke Bu Yusuf. Boleh juga peserta
KuliahOnline semuanya membuka kembali tulisan kemaren. Kali ini, kita
ilustrasikan bahwa Bu Yusuf berlangkah langkahnya orang yang benar. Langkahnya
orang yang bertauhid yang memiliki iman, memiliki keyakinan terhadap Sang
Kuasa. Kita bayangkan, Bu Yusuf ini tahu kemana ia harus datang untuk pertama kalinya.
Bahkan sebelum lagi ia berikhtiar. Yakni ke Allah `azza wajalla. Ikhtiar
manusiaya, tetap. Ia ambil kertas dan pena. Ia mencoba mengingat, siapa di
antara tiga nama yang dikenalnya yang bisa menolongnya keluar dari kesulitan
keuangan. Ia tuliskan tiga nama ini di atas kertas: Bu Jameel, Bu Hendy, dan Bu
Budi. Namun sebelum ia telpon satu satu ini orang, sebelum ia buka kalam sama
ini orang, sebelum ia kemudian menyatakan diri sebagai orang yang butuh bantuan
ini orang, ia menghadap dulu Allah.
Bu Yusuf shalat dhuha. Dan ia sabarkan diri untuk tidak dulu
menghubungi salah satu dari ketiga nama yang ia tulis. Sebabnya satu. Ia merasa
harus dulu menghubungi Allah.
Dengan bahasa sederhananya, Bu Yusuf shalat dhuha. Usai
dhuha, ia bermunajat dengan menggunakan doanya shalat dhuha...
Innadh dhuhaa dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka,
wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal `ishmata
`ishmatuka...Sesungguhnya dhuha ini adalah dhuha-Mu, dst...
Sesungguhnya, ketika Bu Yusuf ini memanjatkan doa ini, ia
seakan-akan mengatakan kepada Allah, ya Allah, tiga nama yang kutulis ini
adalah hamba-hamba-Mu. Mereka tidak akan dapat memberikan pertolongan kalau
Engkau tidak berkehendak dan tidak memberi izin. Ya Allah, kemanapun aku
melangkah, kalau Engkau tidak membimbing, maka tidak akan aku ketemu jalan yang
kumaksud. Ya Allah, aku akan menelpon ketiga orang ini. Siapa gerangan yang
Engkau tunjuk sebagai perpanjangan tangan-Mu untuk menolong aku?
Gitu.
Itulah dhuha. Itulah kesejatian menghamba kepada Yang Maha
Berkehendak. Kita tahu bahwa pusat segala pusat ya Allah. Kita datangi dulu
DIA, supaya kita mendapatkan banyak kemudahan. Langkah pun tidak sia-sia.
Dan dengan Bu Yusuf ini shalat dhuha dan menunda diri untuk
tidak dulu mengontak siapapun kecuali Allah dulu, maka sesungguhnya ia masuk ke
dalam posisi yang disebut dengan ayat berikut ini:
"Yaa-ayyuhal ladziina aamanuus ta'iinuu bish shabri wash shalaah.
Innallaaha ma'ash shaabiriin, Wahai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan kepada Allah dengan jalan shalat dan sabar. Sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar."
(Qs. Al Baqarah: 153)
Lihat, Bu Yusuf menempuh jalan shalat dhuha. Satu pintu
pengundang pertolongan ia datangi. Yaitu pintu shalat. Dan kemudian ia
menyempurnakannya dengan memasuki pintu sabar. Ya, bukankah sebagaimana saya
sebut di atas, yakni dengan tidak dulu buru-buru mengontak manusia adalah
kesabaran kiranya?
Sempurna. Lengkap. Maka kemudian Allah menyebut, Allah akan
bersama orang-orang yang sabar. Ini bisa diberikan makna, bahwa sungguh Allah
akan terlibat. Menyertai perjalanan ikhtiar mereka yang shalat dan sabar.
Dan kita lihatlah ilustrasi berikut ini:
Setelah lepas shalat dan doa, Bu Yusuf kemudian menghela
nafas. Ia ambil ancang-ancang untuk menelpon mereka satu satu. Tentu saja
dimulai dari list yang paling atas: Ibu Jameel. Kalau sekiranya ibu Jameel
tidak sukses, baru melangkah ke list yang kedua: Ibu Hendy. Dan kalaulah Ibu
Hendy tidak berhasil juga, maka ke list yang ketiga, yakni Ibu Budi.
"Hallo, assalamu'alaikum... Bisa bicara dengan Ibu
Jameel...?"
"Wa'alaikumussalaam... Maaf, ini dengan siapa ya? Salah
sambung."
"Oooohhh... Maaf ya. Saya Bu Yusuf. Maaf salah sambung."
"Eh, eh, eh... Ini Bu Yusuf mana ya? Rasanya saya kenal
nih...," begitu kata suara yang salah sambung ini.
"Masa Ibu kenal saya?" tanya Bu Yusuf.
"Rasanya sih... Tinggal di mana?"
"Ketapang. Deket Pesantren Daarul Qur'an..."
"Ah, bener... Saya sudah duga ini pasti Bu Yusuf yang
tinggalnya deket dengan Daarul Qur'an. Bu Yusuf, saya Ustadzah Mansur. Masa,
sama guru sendiri lupa?"
Wah, Bu Yusuf jadi merah mukanya. Kalau saja Ustadzah Mansur
tahu betapa malunya ia tidak mengenali suara guru ngajinya sendiri, tentu ia
betulan sudah malu sendiri. "He he... Maaf ya Ustadzah... Saya tidak
mengenali suara Ustadzah..."
"Bu Yusuf, ada apa pagi-pagi koq sudah seperti orang
bingung? Niat menelpon siapa tadi? Bu Jameel ya? Koq jadi nyambungnya ke
saya?"
"E, e, ga ada apa-apa koq Ustadzah..."
Ustadzah Mansur ini menangkap ada suara yang sedang butuh
pertolongan. "Bu Yusuf, bicara saja. Siapa tahu saya bisa membantu. Yah,
namanya sharing. Bukan kebetulan loh Ibu salah sambung begini... Pasti ini udah
diatur Allah. Insya Allah."
"Malu..."
"Duuuuhhh, pake malu segala. Ga apa-apa. Silahkan."
"Saya butuh uang Ustadzah. 5 juta. Untuk anak saya.
Bapaknya lagi ga ada uang..."
"Oh, kalau gitu datang saja ke rumah saya..."
Wah, di ujung sana, Ibu Yusuf sudah berseri-seri tuh
wajahnya. "Ustadzah ada uang segitu?"
"Weh, siapa yang bilang ada? Saya kan hanya nyuruh ke
rumah saya saja...," kata Ustadzah Mansur menggoda.
"Ah, Ustadzah, saya kira ada..."
"Bu Yusuf, saya kan ustadzah loh... Ga ada uang, tapi
kan banyak murid. Gampang. Nanti ustadzah yang pinjam sama murid yang ada
uangnya. Kalo dapat, uangnya buat Bu Yusuf. Asal dijaga ya. Yang amanah.
Jaminannya saya. Insya Allah dapat dah."
Cerita selanjutnya ga usahlah saya teruskan. Tapi lihat
ilustrasi ini. Ilustrasi ini demikian hidup! Ia bagaikan nyata. Dan saya rasa,
satu dua kawan-kawan Peserta KuliahOnline ngalamin juga hal-hal begini ini.
Bu Yusuf menulis tiga nama. Malahan kemudian Allah hadirkan
orang ke-empat yang ga ditulis oleh Bu Yusuf. Tiga orang yang ditulis, malah ga
ada yang dikontak. Sebab selesai di urusan salah sambung tadi. Miracle kan?
Allah mempermudah. Allah perpendek durasi ikhtiarnya. Dan
yang tidak kalah pentingnya, Allah muliakan Bu Yusuf dengan Allah tutup
kesusahannya hanya di satu orang saja yang Allah tunjuk dan percaya bisa
menjaga aib Bu Yusuf. Bukannya apa, banyak juga kita salah ngomong, salah
ngadu. Akhirnya jadi bumerang buat kita.
What do you think...? Tak tunggu komentarnya ya. Silahkan
beri komentar. Habis ini, kita akan bicara-bicara soal keyakinan, soal tauhid,
yang lebih seru lagi, he he he. Kayak film saja.
Waba'du, saya minta maaf ya. Kalau di tulisan-tulisan
terdahulu ada yang tersinggung, ada yang marah, ada yang menggarisbawahi
kajian-kajian yang saya tulis. Apa yang saya sajikan, natural saja sifatnya.
Saya mengajar ini seperti saya mengajar "LIVE". Langsung. Wajar saja
kadang saya kepeleset. Yang penting bismillahnya bener ya? Maka nya, saya mohon
doa ya. Mudah-mudahan semua peserta memaklumi dan berkenan terus memberikan
masukan. Salam untuk saudara semua. Wass.
No comments:
Post a Comment